Sabtu, 08 Januari 2011

TOKOH-TOKOH ILMU FALAK DI PULAU JAWA (ASAL USUL, KARYA DAN PANDANGAN)


PENDAHULUAN
Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta! Itulah pepatah lama yang kiranya pas untuk mengawali tulisan dalam makalah ini yang berjudul: Tokoh-Tokoh Falak di Jawa (Asal Usul, Karya dan Pandangan). Karena dengan mengenal tokoh-tokoh falak, kita dapat mengetahui bagaimana konstruksi metodologi yang dibagun oleh ilmuan falak ketika itu. Karena tidak sedikit tokoh-tokoh falak yang berusaha memodernkan kajiannya yang hingga saat ini terkesan klasik dan kuno.
Sampai saat ini begitu banyak pemerhati dan penggiat ilmu falak. Tidak terbatas pada santri yang mengaji di pondok klasik dan modern, namun mahasiswa di bangku kuliah mulai S1 hingga S3 juga mempelajari khazanah ilmu yang dianggap kuno tersebut. Akan tetapi tahukah kita dengan pendahulu yang telah memberikan kontribusi yang begitu berarti?
Dalam makalah ini, sedikit akan mengeksplor tokoh-tokoh falak di Jawa yang akan berusaha menjawab darimana asal usul, karya dan pandangannya. Namun, karena minimnya sumber informasi, tulisan dalam makalah ini lebih banyak mengadopsi dari karya guru besar Ilmu Falak di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yaitu Prof. Dr. Susiknan Azhari dalam karyanya yang monumental ‘Ensiklopedi Hisab Rukyat’. Disamping itu, penulis tetap mengkaji dan mencocokkan dari sumber primer yang dianggap relevan.
Penulis menyadari bahwa, metode penulisan dalam makalah ini tidak sistematis, masih banyak tokoh tokoh falak khusunya di Jawa yang belum terdeteksi. Maka dari itu masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk kesempuraan yang akan datang.



1.    K.H. Manshur al-Falaki
Nama lengkapnya Haji Muhammad Manshur bin ‘Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Muhammad Habib bin Abdul Muhit al-Batawi yang terkenal dengan sebutan Guru Manshur Jembatan Lima, dilahirkan di Jakarta pada 1878 M dan wafat pada hari Jum’at, 2 Safar 1387 H bertepatan dengan tanggal 12 Mei 1967.
Guru pertamnya dalam menuntut ilmu adalah bapaknya sendiri, K.H. Abdul Hamid. Ia juga salah seorang murid Sayyid Usman ulama falak di betawi. Setelah dewasa ia pergi ke Mekkah dan belajar ilmu falak kepada Abdurrahman Misri, ulama asal Mesir. Setelah empat tahun di Mekkah, ia kembali ke tanah air dan mendirikan majelis ta’lim, yang utama dipelajari adalah ilmu falak.
Kini yang meneruskan keahlian falaknya adalah K.H. Fathillah Ahmadi yang merupakan salah seorang buyutnya yang lain, yaitu Ustadz Yusuf Manshur salah seorang da’i muda yang terkenal dengan “wisata hati”.
Karya monumentalnya di bidang falak adalah Khulashah al-Jadawil li’Amali al-Ijtima’i wa al-Istiqbali wa al-Khusuf sullamu an-Nayyirain fi-Ma;rifati al-Ijtima’i wa al-Khusufain.

2.    Syekh Muhammad Muhadjirin Amsar Ad-Dary
Dilahirkan di Kampung Baru, sebuah daerah di pinggir kota Jakarta pada 10 November 1924 dan wafat pada 31 Januari 2003. Prndidikannya diperoleh melalui jenjang formal dan non formal. Jenjang formal diperoleh di Dar al-Ulum ad-Diniyah Mekah al-Mukarramah dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1955.
Sumbangan pemikirannya yang paling berharga adalah di bidang rukyat. Ia membuat teknologi dan tempat rukyatul hilal sendiri unruk melihat penampakkan hilal (bulan sabit pertama) sesaat setelah matahari terbenam sebagai tanda dimulainya hari pertama dari bulan-bulan dalam kelender Hijriyah, khususnya untuk menentukan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah.
Pelaksanaan rukyatul hilal dengan alat buatannya dilakukan selam bertahun-tahun bertempat di Menara Masjid al-Husna, Cakung, Jakarta Timur. Kini hasil rukyatul hilal dari Cakung dijadikan sebagai salah satu sumber data dalam sidang isbat untuk menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Selain itu, Menara Masjid al-Husna, Cakung diakui sebagai salah satu Pos Observasi Bulan (POB) di Indonesia.

3.    Syekh Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid
Salah seorang ulama falak, nama lenkapnya  Syekh Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi, dilahirkan di Bogor pada hari Kamis 14 Syakban 1278 H/ 14 Februari 1862 M dan meninggal dunia pada hari Ahad 17 Safar 1349 H / 13 Juli 1930 M di Mekkah.
Adapun guru-gurunya dibidang falak ialah Sayyid Utsman dan Syekh Ahmad al-fathani. Salah satu karyanya di bidang falak adalah Taqribu al-Maqshud fi al-‘Amali bi Rub’i al-Mujayyab.

4.    K.H. Banadji Aqil

   Lahir di Indramayu pada 17 Februari 1922/1341 H, adalah mantan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Raya. Jabatan sebelumnya kepala Seksi Hisab dan Rukyat Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama sejak 1957 M/1377 H sampai dengan 1979 M/1400 H.

Sebagai Seksi Hisab dan Rukyat, kegiatannya banyak dicurahkan kepada masalah-masalah yang erat kaitannya dengan hal tersebut antara lain merancang dan menyelenggarakan musyawarah-musyawarah yang bertaraf nasional atau internasional, dan yang lebih penting lagi sebagai konseptor SK Menteri Agama tentang penentuan Hari-hari Libur Nasional yang sangat diperlukan oleh seluruh rakyat di Indonesia.

Memperoleh pengetahuan hisab dan rukyat dari pesanteren Tebuireng Jombang selama 9 tahu dan Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta selam 1 tahun. Karyanya dibidang falak yang telah diterbitkan yaitu Kalender Urfi Tahun 0 s.d 12000 M/ 0 s.d 12400 H.       

 

5.    K.H. Ma’shum bin Ali

Lahir di Cirebon Jawa Barat. Dia merupakan putera dari K.H. Ali salah seorang pengasuh pondok desa. Ma’sum bin Ali mempunyai adik yang tak kalah populer dalam kualitas keilmuannya walaupun dalam spesialisasi yang berbeda yaitu, K.H. Adlan Ali pendiri dan pengasuh pondok Pesantern Walisongo Cukir Jombang.

Ma’sum bin Ali banyak menimba ilmu dari K.H. Hasyim Asy’ari selama bertahun-tahun di pondok pesantren tebuireng Jombang. Ketekunannya dalam belajar membuahkan hasil optimal dengan diangkatnya dia menjadi lurah pondok. Kepintaran dan kecemerlangannya dalam berfikir dan mengaji terutama disiplin ilmu falak menarik simpati K.H. Hasyim Asy’ari untuk mengankatnya menjadi salah seorang menantu yang dikawinkannya dengan puterinya Siti Khodijah.

Pergulatan dan konsentrasinya dalam menekuni bidang ilmu falak dengan tidak mengabaikan disiplin lainnya ternyata membuahkan hasil. Karya monumentalnya dalam bidang ilmu falak adalah: Durusul Falakiyah dan Badi’atul Mitsal.


6.    K.H. Turoihan Ajhuri Asy-Syarofi
   Sosok ulama karismatik yang ahli ilmu falak. Lahir di Kudus pada 15 Maret 1915 M / 1334 H dan meninggal pada hari Jum’at, 20 Agustus 1999 M bertepatan dengan 8 Rabiul Akhir 1420 H.
Ketekunannya terhadap ilmu falak muncul sejak kecil hingga dewasa. Reputasinya sebagai fakar falak sudah terdengar sejak zaman Jepang. Ia sering diminta menghitung jatuhnya hari awal dan akhir bulan Ramadan. Maka ia terdorong untuk menyusun al-manak 1945 M / 1364 H yang kemudian dicetak Penerbit Menara Kudus. Sejak itulah kalender buatannya disebut dengan Almanak Menara Kudus (AMK).
    

7.    K.H. Rif’an

Ahli falak dan penggagas rubu’ mujayyab di Indonesia, dilahirkan di Kudus 12 Mei 1909 M / 1327 H dan meninggal dunia pada hari senin Legi 27 September 1982 M / 9 Zulhijjah 1402 H.

Pendidikannnya diperoleh di Taswikut Tullab Salafiyah Kudus. Kyai Rif’an selain ahli falak, dikenal juga ahli matematika. Kegiatan sehari-hari adalah pengasuh pondok Pesantren Raudlatul Mutaalim Jagalan, Langgar Dalem Kudus.

Menurut penuturan salah satu puterinya Hj. Hurriyati, Kyai Rif’an pernah menulis buku Ilmu Falak, namun karya tersebut kini tidak ditemukan karena dipinjam dan belum dikembalikan oleh teman Kyai Rif’an

 

8.    K.H. Abdul Jalil

Nama lengkapnya adalah Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid, lahir pada 12 Juli 1905/1323 H di Bulumanis Kidul Margoyoso Tayu Pati Jawa Tengah.  Nama orang tuanya adalah K.H. Abdul Hamid dan Syamsiyah. Pendidikan yang ditempuh K.H. Abdul Jalil adalah belajar di pondok pesantren Jamsaren Solo di bawah asuhan K.H. Idris pada 1919-1920 M/1338-1339 H, setelah itu melanjutkan ke pondok Termas Pacitan Jawa Timur yang diasuh oleh K.H. Dimyati.

Pada 1921-1924 M/1340-1343 H belajar di pondok pesanteren Kasingan Rembang diasuh oleh K.H. Khalil. Pada 1924-1926 M/1343-1345 H beliau belajar di Mekkah Saudi Arabia. Sepulang dari Mekkah beliau belajar di pondok pesanteren Tebuireng Jombang Jawa Timur diasuh K.H. Hasyim Asy’ari selama satu tahun, setelah itu kembali lagi ke Mekkah sampai tahun 1930 M/1349 H.

Aktifitas K.H. Abdul Jalil adalah pernah menjadi ketua Pengadilan Agama kabupaten Kudus, Pembantu Khusus Perdana Menteri RI di Jakarta, Anggota DPR / MPR pusat wakil Alim Ulama Fraksi NU, Ketua Lajnah Falakiyah PBNU merangkap anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI, dan penyusun tetap penanggalan/almanak NU.

Adapun karya tulisnya yang berkaitan dengan ilmu falak diantaranya adalah Fathur Rauful Mannan dan Jadwal Rubu’.

 

9.    K.H. Salamun Ibrahim

   Lahir di Panciran Lamongan pada 3 Mei 1921 M / 1340 H dan meninggal dunia pada hari Rabu Wage, 15 Juni 2005. Pendidikannya di SR Paciran pada 1928 M/1347 H dan tampat pada tahun 1933 M/ 1352 H. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Tarbiyatut Thalabah Kranji Paciran Lamongan.

Setelah dua tahun menimba ilmu di Pondok pesantren Kranji, Salamun kemudian melanjutkan dan menimba ilmu di pondok pesantren Tebuireng Jombang selama tiga tahun.

Selama di pondok Tebuireng ia berguru langsung dengan ahli falak terkemuka yaitu K.H. Mahfudz Anwar. Menurut pengakuannya sendiri yang banyak memengaruhi pola pikirnya adalah K.H. Mahfudz Anwar. Setelah itu, ia melanjutkan ke pondok Mathaliul Falah Kayen Juwono (kini diasuh oleh K.H. Sahal Mahfudz). Karena merasa kurang puas dengan apa yang dimilikinya ia hijrah ke Sidayu Gresik untuk memperdalam al-Qur’an.

Adapun karya-karyanya yang berkaitan dengan ilmu falak diantaranya: Ilmu Falak dan Almanak Masehi-Hijri 1945-2010 M/ 1364-1426 H.




10.     K.H. Zubair
K.H. Zubair, yang mempunyai nama lengkap K.H. Zubair Umar Al-Jailaniy, menurut hasil penelitian K.H. Ahmad Izzuddinm M.Ag (2002: 58-61) belaiu (K.H. Zubair) adalah seorang Ulama' juga akademisi yang terkenal sebagai pakar ilmu falak dengan karya monumentalnya kitab "Al-Khulashah al-Wafiyah, beliau lahir di Pandangan kecamatan Pandangan Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, 16 September 1908 M.(Rabu Paing, bertepatan 19 Sya'ban 1326 H/1838 Jawa).
Dunia pendidikan yang beliau tempuh hampir seluruhnya dalam pendidikan tradisional yakni madrasah dan pondok pesantren, termasuk mukim untuk menuntut ilmu di Makkah al-Mukaramah pada waktu menjalankan ibadah haji di tanah suci. Sebagaimana kondisi social realistis di abad tersebut bahwa pesantren masih merupakan satu-satunya lembaga pendidikan untuk tingkat lanjut yang tersedia bagi penduduk pribumi di pedesaan, sehingga dapat diasumsikan sangat berperan dalam mendidik para elit pada masanya. Pendidikan beliau dimulai dari madrasah Ulum tahun 1916-1921, pondok pesantren Termas Pacitan Jawa Timur tahun 1921-1925, peondok pesantren Simbang Kulon Pekalongan Jawa Tengah tahun 1925-1926, pondok pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur tahun 1926-1929. Kemudian tahun 1930-1935 beliau menjalankan ibadah haji yang dilanjutkan dengan thalab al-ilmi di Makkaah selama lima tahun.
Dalam rihlah ilmiah K.H. Zubair Umar Al-Jailaniy  tidak hanya menuntut ilmu (ifadah) tetapi juga mengajarkan ilmunya (istifadah) sebagaimana ketika berada di pondok pesantren KH. Hasyim Asy'ari, beliau mengabdikan diri dengan menjadi guru Madrasah Salafiyah Tebu Ireng Jombang, bahkan beliau pernah menjabat Rektor IAIN Walisongo Semarang dengan Surat Keputusan tertanggal 5 Mei 1971. di samping itu beliau juga pernah memimpin Pondok Pesantren al-Ma'had al-Diiniy Reksosari Suruh Salatiga pada tahun 1935-1945, mendirikan pondok pesantren Luhur yang merupakan cikal bakal IKIP NU yang akhirnya menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo cabang Salatiga dan sekarang menjadi STAIN Salatiga. Dan juga mendirikan Pondok Pesantren Joko Tingkir pada tahun 1977 yang sekarang tinggal petilasannya.
Murid-muridnya antara lain: Kyai Musyafak (Salatiga Jawa Tengah), Kyai Subkhi (Jawa Timur), Hamid Nawawi (Bulu Manis, Pati, Jawa Tengah), Slamet Hambali (Dosen IAIN Walisongo Semarang), dan Drs Habib Thoha, M.A. (mantan Kakanwil Depag Jawa Tengah). Slamet Hambali adalah salah satu di antara murid beliau yang meneruskan ilmu falak. Beliau wafat di Salatiga pada tanggal 10 Desember 1990 M atau 24 Jumadil-ula 1411 H.

 

11.     K.H. Ahmad Affandi

Dilahirkan di dusun Babat desa Randupitu kecamatan Gempol Pasuruan Jawa Timur pada tahun 1938 M / 1357 H dan meninggal pada 1990 / 1411 H. Pendidikannya diperoleh di pesantren. Selama dua puluh lima tahun ia menimba ilmu di sepuluh pesantern yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gurunya yang banyak memengaruhi dalam bidang ilmu falak adalah K.H. Abdul Hamid Pasuruan.

Dalam bidang falak, K.H. Ahmad Affandi lebih banyak terjun ke lapangan praktis. Ia banyak diminta untuk mengukur arah kiblat dan menyusun kalender Nahdlatul Ulama di Pasuruan. Karya monumentalnya dalam bidang falak masih tertulis tangan dan belum diterbitkan.

 

12.     K.H Ahmad Dahlan

Nama kecilnya Muhammad Darwis (ada literatur yang menulis Darwisy), dilahirkan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1868 Masehi bertepatan dengan tahun 1285 Hijriyah dan meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 1923 M/ 7 Rajab 1342 H, jenazahnya dimakamkan di Karangkajen Yogyakarta.
Dalam bidang ilmu Falak ia merupakan salah satu pembaharu, yang meluruskan Arah Kiblat Masjid Agung Yogyakarta pada tahun 1897 M/1315 H. Pada saat itu masjid Agung dan masjid-masjid lainnya, letaknya ke barat lurus, tidak tepat menuju arah kiblat yang 24 derajat arah Barat Laut.
Sebagai ulama yang menimba ilmu bertahun-tahun di Mekah, Dahlan mengemban amanat membenarkan setiap kekeliruan, mencerdaskan setiap kebodohan. Dengan berbekal pengetahuan ilmu Falak atau ilmu Hisab yang dipelajari melalui K.H. Dahlan (Semarang), Kyai Termas (Jawa Timur), Kyai Shaleh Darat (Semarang), Syekh Muhammad Jamil Jambek, dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Dahlan menghitung kepersisan arah kiblat pada setiap masjid yang melenceng.
Setelah "tragedi kiblat" di Masjid Agung, ia pun mendirikan organisasi Muhammadiyah. Melalui organisasi Muhammadiyah ia mendobrak kekakuan tradisi yang memasung pemikiran Islam. Di awal kiprahnya, ia kerap mendapat rintangan, bahkan dicap hendak mendirikan agama baru. Namun keteguhan sikapnya menyebabkan ia dicatat sebagai pelopor pembetulan arah kiblat dari semua surau dan masjid di Indonesia.
Tak cuma itu reputasi yang ditorehkannya. Berdasarkan pengetahuan ilmu Falak dan Hisab yang dimilikinya, Dahlan melalui Muhammadiyah, mendasarkan awal puasa dan Syawal dengan Hisab (perhitungan).

13.     K.H Ahmad Badawi
Ahli Falak yang menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1962-1965 M/1382-1385 H dan 1965-1968 M/1385-1388 H. Lahir pada tanggal 5 Februari 1902 M/ 1320 H di Kampung Kauman Yogyakarta dan meninggal dunia pada hari Jum'at 25 April 1969 M/8 Safar 1389 H pukul 09.25 WIB di PKU Yogyakarta, putra K.H. Ahmad Faqih dan Hj. Habibah (adik K.H. Ahmad Dahlan).
Semasa kecil, ia belajar di Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Islamiyyah yang didirikan dan diasuh langsung oleh K.H. Ahmad Dahlan. Setelah itu ia melanjutkan belajar di berbagai pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena ketekunan dan rajin belajar, K.H. Ahmad Badawi terkenal sebagai ahli fikih, ahli hadis, dan ahli falak. Semua karyanya ditulis dengan tangan dalam huruf arab maupun latin dengan rapi.
Karyanya yang berkaitan dengan ilmu falak adalah Djadwal Waktu Sholat se-lama2nja, Tjara Menghitoeng Hisab Haqiqi Tahoen 1361 H, Hisab Haqiqi, dan Gerhana Bulan. Negara Islam yang pernah dikunjungi diantaranya : Pakistan, Irak, Kuwait, Teheran, Saudi Arabia, Beirut, dan Jordan.

14.     K.R.T. Wardan Diponingrat
Ahli falak, nama kecilnya adalah Muhammad Wardan, dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1911 M bertepatan dengan tanggal 20 Jumadal Ula 1329 H di Kauman, Yogyakarta dan meninggal dunia pada tanggal 3 Februari 1991 M/ 19 Rajab 1411 H. Ayahnya, yaitu kyai Muhammad Sangidu seorang penghulu keraton Yogyakarta dengan gelar Kanjeng Penghulu Kyai Muhammad Kamaludiningrat sejak 1913 M/1332 H sampai 1940 M/1359 H.
Pendidikan dasarnya diperoleh di Sekolah Keputran (sekolah khusus untuk para keluarga keraton) dan Standard Schoel Moehammadijah di Suronatan (lulus tahun 1924 M/1343 H). Kemudian melanjutkan ke Madrasah Muallimin sampai lulus pada tahun 1930 M/1349 H. Satu tahun sesudah itu Muhammad Wardan sebenarnya berkeinginan belajar ke tanah Arab, tapi karena kendala biaya tidak dapat memenuhi cita-citanya tersebut, akhirnya ia melanjutkan ke Pondok Jamsaren Solo. Selain nyantri ia juga mengikuti kursus Bahasa Belanda di Sekolah Nederland Verbond dan les privat bahasa Inggris. Setelah mendapatkan berbagai ilmu, Muhammad Wardan berusaha mengamalkan dan mengajarkannya.
Pada tahun 1934 M/1353 H sampai 1936 M/1355 H, dia menjadi guru Madrasah Al-Falah Yogyakarta, kemudian pada tahun 1936-1945 M/1355-1365 H menjadi guru di Sekolah Muballighin Muhammadiyah Yogyakarta. Memasuki masa perjuangan fisik, aktivitas Muhammad Wardan di bidang pendidikan terhenti dan ia melibatkan diri di dalam Angkatan Perang Sabil (APS) dan ia dipercaya sebagai anggota bidang markas ulama. Setelah perjuangan fisik mereda dan Indonesia dapat mencapai kemerdekaan secara penuh, pada tahun 1948-1962 M/1368-1381 H ia mengabdikan diri sebagai guru di Madrasah Menengah Tinggi Yogyakarta dan pada tahun 1951-1952 M/1371-1372 H juga mengajar di Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) Negeri Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun 1954-1956 M/1374-1376 H ia ditugaskan oleh Departemen Agama RI untuk menjadi guru di Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri Yogyakarta dan guru di Sekolah Persiapan PTAIN Yogyakarta. Sejak 1973 M/1393 H sampai wafatnya ia diangkat sebagai anggota dewan kurator IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kepiawaiannya di bidang ilmu Falak, sejak tahun 1973 hingga wafatnya dipercaya sebagai anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI. Muhammad Wardan merupakan salah seorang tokoh penggagas teori wujudul hilal yang hingga kini masih digunakan oleh persyarikatan Muhammadiyah. Adapun karya-karyanya di bidang ilmu falak, yaitu Umdatul Hasib, Persoalan Hisab dan Ru'jat Dalam Menentukan Permulaan Bulan, Hisab dan Falak, dan Hisab Urfi dan Hakiki.

15.     H.M Bidran Hadie
Ahli falak, dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1925 M/1344 H, meninggal dunia pada tanggal 28 Nopember 1994 M/ 25 Jumadal Akhir 1415 H, dan dimakamkan satu komplek dengan K.H. Ahmad Dahlan di Pemakaman Karang Kajen Yogyakarta.
Pendidikannya dimulai di SR, kemudian melanjutkan ke Madrasah Mu'allimin Yogyakarta. Setelah itu ia melanjutkan kuliah di Universitas Islam Indonesia(UII) namun tidak sampai tamat. Ia termasuk tokoh yang membidani lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan menurut data sejarah ia termasuk pendiri Lembaga Astronomi Himpunan Mahasiswa Islam (LAHMI).
Bidran Hadie merupakan ahli falak yang berpenampilan sederhana namun keilmuannya dalam bidang falak tidak diragukan. Berkat keilmuannya dalam bidang falak ia diberi amanat menjadi anggota bagian Hisab Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan anggota Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI mewakili Muhammadiyah.

16.     H. Abdur Rachim
Ahli falak, dilahirkan di Panarukan pada tanggal 3 Februari 1935 M/ 1354 H. Tamat Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada bulan April 1969 M/ Safar 1389 H, sebagai sarjana teladan dan mendapatkan lencana "Widya Wisuda", dan pada tahun 1982 M/1403 H, mengikuti Studi Purna Sarjana (SPS) dapat menyelesaikannya sebagai peserta teladan.
Karirnya sebagai pendidik dimulai sejak sebagai mahasiswa tingkat doktoral, dipercaya sebagai asisten H. Saadoe'ddin Djambek dalam mata kuliyah ilmu falak mulai tahun 1965 M/1385 H, pada tahun 1972 M/1392 H diangkat sebagai dosen tetap dalam mata kuliah tafsir, sesuai dengan jurusannya. Pada tahun yang sama diangkat sebagai ketua Lembaga Hisab dan Ru'yah, dan pada tahun itu juga diangkat sebagai Ketua Jurusan Tafsir Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pada tahun 1976 M/1396 H diangkat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademis Fakultas Syari'ah IAIN, dan tahun 1981 M/1402 H diserahi tugas sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogayakarta. Disamping itu beliau juga sebagai dosen, yang ikut membina mahasiswa di Fakultas UII, dalam mata kuliah Ilmu Falak dan Ahkamul Qadla. Tugas ini dilakukan sejak tahun 1972 M/1392 H, dan sejak tahun 1974 M/1394 H dipercaya sebagai anggota penyusun Al-Qur'an dan Tafsir.
Karirnya memperdalam Ilmu Falak menjadikan beliau diserahi tugas untuk melanjutkan tugas gurunya H. Saadoe'ddin Djambek (setelah meninggal) sebagai Wakil Ketua Badan Hisab Ru'yah Departemen Agama Pusat tahun 1978 M/1399 H, pada tahun itu juga mewakili Pemerintah Indonesia menghadiri Konferensi Islam di Istambul. Selanjutnya pada tahun 1981 M/1402 H sebagai delegasi Indonesia menghadiri Konferensi Islam di Tunis. Kemudian atas kepercayaan Menteri Agama, beliau diutus lagi menghadiri Konferensi Islam Internasional di Aljazair pada tahun 1982 M/1403 H. Guru-guru beliau yang memberi warna bagi kariernya ialah : Prof. Dr.T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. H. Muhtar Yahya, H. Saadoe'ddin Djambek, Sa'di Thalib dan Saleh Haedarah.
Sedangkan karya-karya ilmiahnya yang berkaitan dengan ilmu Falak yang telah diterbitkan, antara lain : Mengapa Bilangan Ramadlan 1389 H ditetapkan 30 Hari ? (1969 M/1389 H), Menghitung Permulaan Tahun Hidjrah (1970 M/1390 H), Ufuq Mar'i sebagai Lingkaran Pemisah antara Terbit dan Terbenamnya Benda-benda Langit (1970 M/1390 H), Ilmu Falak (1983 M/1404 H), dan Kalender Internasional.

17.     H. Basit Wahid
Salah seorang tokoh Falak, lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 Desember 1925 M/1344 H. Pendidikannnya dimulai di Sekolah Dasar Muhammadiyah, kemudian melanjutkan di SLTP Muhammadiyah dan Muallimin. Setelah lulus dari Muallimin, ia melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada Fakultas Tehnik Jurusan Kimia.
Menurut penuturannya, keahliannya dalam bidang ilmu Falak diperoleh dari guru-gurunya, yaitu : K.H. Syamsun Jombang, K.H. Siraadj Dahlan (Putra Pendiri Muhammadiyah), dan K.H. Muhammad Wardan Diponingrat. Menurutnya pula untuk menambah wawasannya dalam bidang falak ia pernah mengunjungi Jerman, Nederland, Australia, dan Malaysia.
Sebagai seorang ahli falak, ia pernah diberi amanat menjadi Ketua Bagian Hisab Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan wakil Muhammadiyah di Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama Pusat.
Basit Wahid termasuk ahli falak yang produktif dalam menuangkan gagasan-gagasannya tentang hisab-rukyat melalui berbagai media massa, diantaranya : Serba-serbi Kalender 1995, Kalender Hijriah Tiada Mitos di dalamnya, Rukyat dengan Alat Canggih, Memahami Hisab sebagai Alternatif Rukyat, Astronomi dan Astrologi, Waktu-waktu Sholat dan Puasa di Pelbagai tempat di Permukaan Bumi, dan Penentuan Awal Bulan Hijriah.

18.     Farid Ruskanda
               Salah seorang penggagas teleskop rukyat, dilahirkan di Bandung, 28 Maret 1948. S1 Teknik Fisika ITB diselesaikannya tahun 1974, S2 dituntaskan di Reading Univesity Inggris pada 1978. Pada 1988 ia mencapai gelar doktor dalam bidang ilmu Pengetahuan Teknik pada ITB. Ia aktif menulis tentang Hisab Rukyat di berbagai media.
               Adapun karya yang diterbitkan adalah: Iptek untuk Menjembatani Perbedaan Rukyah dan Hisab (1993), Memahami Wajah Hilal (1995), Sistem Dua Tarikh dan Perlunya Kesempatan  Kalender Islam (1995), Permasalahan Hisab Rukyah dan Memahami Kontroversi (1995), 100 Masalah Hisab dan Rukyat Tela’ah Syari’ah, Sains dan Teknologi (1996), Sekali Lagi Tentang Teleskop Rukyah (1996), Bisakah Hisab Sepenuhnya Menggantikan Rukyah (2002).

19.     Moedji raharto
Seorang astronom yang menaruh perhatiannya pada islamic calendar, lahir di desa Ponggok, Blitar Jawa Timur pada hari senin, 8 November 1954 M / 13 Rabi’ul Tsani 1374 H.
Mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD GIKI Diponegoro Surabaya, tahun 1960-1966 M/ 1380-1386 H. Kemudian melanjutkan di SMPN X Surabaya 1966-1969, lalu SMAN 3 Surabaya 1969-1972, pendidikan tingginya diperoleh di Departemen Astronomi FMIPA ITB, tahun 1974-1980. Kemudian bekerja sebagai dosen di Departemen Astronomi FMIPA ITB sejak tahun 1981-sekarang.
Berbagai karya tulis yang berkaitan dengan kalender Islam yaitu: Posisi dan Visibilitas Hilal Penentu 1 Ramadan dan 1 Syawal 1415 H, Sumber Keagamaan Penanggalan Islam, Idul Fitri 1415 H dan Ilmu Astronomi, Menertibkan Kalender Islam Internasional, Dibalik Persoalan Awal Bulan Islam, dan Realisasi Visibilitas Hilal.

20.     Muhyiddin Khozin
Muhyiddin Khozin, lahir di Salatiga pada tanggal 19 Agustus 1956. menyelesaikan Sekolah Dasar hingga  Tsanawiyah di Salatiga, kemudian melanjutkan jejang Aliyah di Tebu Ireng Jombang. Setamat dari Jombang, Beliau melanjutkan ke IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan lulus pada tahun 1985 dan menjadi dosen di perguruan tinggi yang sama.
Dalam hal ilmu falak, eksistensinya telah dikenal luas oleh berbagai kalangan terbukti dengan banyaknya lembaga yang memanfaatkan keahliannya tersebut. Tercatat sebagai anggota Lajnah Falakiyah PBNU dan sekaligus Penasehat untuk Lajnah Falakiyah PWNU DIY. Beliau sering mengisi seminar-seminar dan pelatihan Hisab Rukyat untuk tingkat regional dan nasional.
Saat ini beliau duduk sebagai subdit Hisab dan Rukyat Departemen Agama Pusat di Jakrta. Buku-buku karangannya yang diterbitkan antara lain: Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek (Buana Pustaka, 2005) dan Kamus Ilmu Falak (Buana Pustaka, 2005).

21.     Oman Faturohman SW
Oman Faturohman SW, dilahirkan di Ciamis 2 Maret 1957. menempuh pendidikan formal di SDN Gunung Cupu II lulus tahun 1970, PGA pertama 4 tahun di Sindangkasih lulus tahun 1974, lalu PGAN 6 tahun Ciamis lulus tahun 1976. fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lulus sarjana muda tahun 1981 dan lulus sarjana lengkap dari Fakultas yang sama tahun 1984. menyelesaikan program S-2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lulus tahun 1999, sekarang sedang menempuh S-3 di Universitas yang sama.
Tugas pokok sehari-hari adalah dosen tetap Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sejak 1985. disamping itu, sebagai dosen luar biasa pada FIA Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fakultas Hukum UII, dosen pada Program Magister Studi Islam UMY Yogyakarta dan dosen pada UMS Surakarta Program Khusus.
Selain dosen, aktif juga sebagai anggota Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama Pusat, sedangkan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama Kanwil Depag Propinsi DIY menjabat sebagai Koordinator Tim Ahli. Sejak 2001 mendapat tugas tambahan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Kepala Pusat UPT Pusat Komputer.

22.     Susiknan Azhari
Susiknan Azhari, lahir di Blimbing Lamongan, 11 Juni 1968 M / 15 Rabi’ul Awal 1388 H, adalah staf Pengajar Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Gelar sarjana (1992) diperoleh dari Fakultas yang sama. Menyelesaikan program S-2 di pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1997) dan menyelesaikan program Doktor ditempat yang sama (2007). Setelah muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta diberi amanat menjadi wakil sekretaris Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2000-2005). Pernah mengkuti pelaiha Hisab Rukyat tingkat ASEAN (MABIMS) di ITB dan Malaysia. Melakukan penelitian tentang penentuan awal bulan kamariah di Saudi Arabia dan Mesir.
Selain menekuni pekerjaan sebagai dosen, Beliau kini duduk sebagai Direktur Pusat Studi Falak PP. Muhammadiyah, pengelola Journal of Islamic Studies “al-Jami’ah” dan Jurnal Tarjih. Tulisan-tulisannya telah dipublikasikan di berbagai media massa dan jurnal, di antaranya Sriwijaya Post, Bali Post, Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Muhammadiyah, Jurnal Mimbar Hukum (Jakarta), al-Jami’ah (Yogyakarta), Profetika (Solo), Ihya Ulumuddin (Malang). Buku-buku yang telah diterbitkan adalah Ilmu Falak Teori dan Praktek (Lazuardi 2002 dan Suara Muhammadiyah 2004), Pembaharuan Pemikiran  Hisab di Indonesia (Pustaka Pelajar, 2002) Antologi Studi Islam (editor), Pemikiran Islam Kontemporer (kontributor), Manaj Tarjih Muhammadiyah (editor), Ensiklopedi Hisab Rukyat (Pustaka Pelajar, 2005 dan 2008), dan Hisab & Rukyat: Wacana Untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Peradaban (Putaka pelajar, 2007).

23.     Thomas Djamaluddin
Lahir di Purwokerto, 23 Januari 1962. Pendidikan dasarnya dimulai di SD Negeri Kejaksan 1, SMP Negeri 1, dan SMA Negeri 2 Cirebon. Pada 1981 diterima tanpa test di ITB melalui PP II, sejenis PMDK pada jurusan Astronomi.
Lulus dari ITB (1986) kemudian masuk LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Bandung menjadi peneliti antariksa. Dan tahun 1988 – 1994 mendapat kesempatan tugas belajar program S2 dan S3 ke Jepang di Department of Astronomy, Kyoto University, dengan beasiswa Monbusho.
Saat ini bekerja di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)  Bandung sebagai Peneliti Utama IVe (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika. Sebelumnya pernah menjadi Kepala Unit Komputer Induk LAPAN Bandung, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa, dan Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN. Juga mengajar di Program Magister dan Doktor Ilmu Falak di IAIN Walisongo Semarang.
Adapun karya tulis yang berkaitan dengan hisab rukyat adalah: Globalisasi Rukyah tak sederhana, Prakiraan Ru’yatul Hilal Awal Ramadan dan Syawal, aspek Astronomi dalam kesatuan Umat, Menyatukan dua Idul Fitri, Sifat Ijtihadiyah Penentuan Awal Ramadan dan hari raya, Pengertian dan Perbandingan Mazhab tentang Hisab Rukyat dan Mathla’ (Kritik terhadap Teori Wujudul hlal dan Mathla’ Wilayatul Hukmi) dan Menggagas Fiqih Astronomi (Kaki Langit, 2005)

24.     Bambang Hidayat
Seorang astronom yang menaruh perhatian dalam bidang hisab rukyat, dilahirkan di Kudus, Jawa Tengah pada 18 September 1939. Pendidikan menengah dilaluinya di SMP II Semarang, dan SMA Bag. B Semarang. Bambang masuk FMIPA (waktu itu masih merupakan bagian dari UI) di Bandung tahun 1953.
Pada 1954 Bambang diangkat menjadi asisten pengamatan bintang ganda visual menggunakan teropong Zeiss Besar, di Observatorium Bosscha Lembang diawali dengan mengamati oposisi planet Mars yang mendekati Bumi kala itu.
Akhir tahun 1960 ia tamat dari ITB dalam bidang astronomi, fisika dan matematika. Pada 1961, Bambang mendapat kesempatan studi lanjut. Melalui hibah dari USAID, Bambang memulai studi pascasarjananya di Case Institute of Technology, sekarang dikenal sebagai Case Western Reserve University di Cleveland, Oiho, Amerika Serikat.
Pada 1968 Bambang diberi kehormatan untuk memimpin observatorium dan Departemen astronomi ITB menggantikan Prof. Dr. The Pik Sin yang pindah ke Universiteit van Amsterdam.
Pada 1973 diangkat menjadi anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI. Pada akhir 1976, Bambang diangkat menjadi guru besar penuh ITB dalam bidang astronomi. Tulisannya dibidang falak yaitu Astronomi dan Penentuan Waktu.

25.     Ahmad Izuddin
Lahir pada tanggal 12 Mei 1972 di Jekulo Kauman, Kudus. Pendidikan S1 diselesaikan di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang dan menyelesaikan program S2 pada tahun 2001 di program pascasarjana Institut yang sama. Tugas pokok sehari-hari beliau adalah staf pengajar di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Adapun karya tulisnya yang berkaitan dengan Hisab-Rukyat di antaranya adalah: Zubaer Umar al-Jaelani dalam Sejarah Hisab Rukyat di Indonesia, Fiqih Hisab Rukyat di Indonesia (Erlangga, 2007), Awal Ramadan 1418 H dan Validitas Ilmu Hisab, Idul Fitri antara Hisab dan Rukyah, Awal dan Akhir Ramadan yang Kompromistis, dan Menghisabkan NU dan Merukyahkan Muhammadiyah.

26.     Hendro Setyanto
Dilahirkan di kota semarang pada tanggal 1 Oktober 1973. Selepas menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Badan Wakaf melanjutkan belajar di Madrasah Aliyah Tebuireng Jombang. Setamat dari Madrasah Aliyah Tebuireng melanjutkan belajarnya di jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung hingga jenjang pendidikan S2.
Saat ini bekerja di Observatorium Bosscha-FMIPA ITB sebagai koordinator kunjungan publik, disamping itu, bersama beberapa rekan membuat sebuah wadah aktivitas yang diberi nama NAJMAHOUSE.
Aktivitasnya di bidang Ilmu Falak diawali sejak masih duduk dibangku Mahasiswa dengan mendirikan sebuah Forum Kajian Ilmu Falak ‘’ZENITH’’ bersama teman-teman mahasiswa di jurusan Astronomi ITB. Berbagai seminar dan diskusi berkenaan dengan astronomi dan ilmu falak telah diikuti. Sejak tahun 2006 bergabung dengan Lajnah Falakiyah NU di biro penelitian dan pengembangan. 

DAFTAR PUSTAKA
Almanak Hisab Rukyat Badan Hisab & Rukyat Dep. Agama, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, t.t.

Azhari Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. ke-II, 2008
--------------------, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia: Studi atas Pemikiran Sa’aduddin Djambek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

--------------------, Hisab & Rukyat wacana untuk membangun kebersamaan di tengah perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

---------------------, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.

---------------------, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi, 2001.
Djamaluddin Thomas, Menjelajah Keluasan Langit Menembus Kedalaman Al-Qur’an, Khazanah Intelektual, 2006.

---------------------, Menggagas Fiqih Astronomi, Penerbit: Kaki Langit.

Ibrahim Salamun, Ilmu Falak; Cara Mengetahui Awal Bulan, Awal Tahun, Musim, Kiblat dan Perbedaan Waktu, Surabaya: Pustaka Progressif, 1995

Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyat; Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga, 2007.

Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.

------------------------, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.

K.R. Wardan, Muhammad. Kitab Ilmu Falak dan Hisab, Cet.I, t.p. Yogyakarta 1957.

Nawawi, Abd. Salam, Rukyat Hisab di Kalangan NU Muhammadiysh; Meredam Konflik dalam Menetapkan Hilal, Surabaya: diantama, 2004.

--------------------, Tradisi Fikih Nahdlatul Ulama (NU); Analisis Terhadap Konstruksi Elit NU Jawa Timur Tentang Penentuan Awal Bulan Islam, Ringkasan Disertasi: Program Pascasarjana IAIN Surabaya, 2008.

Ruskandah, Farid dkk.Rukyah Dengan Teknologi, Upaya Mencari Kesamaan Pandangan Tentang Penentuan Awal Ramadan dan Syawal, Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

---------------------. 100 Masalah Hisab Rukyat; Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Setyanto Hendro, Membaca Langit, Jakarta: al-Ghuraba, 2008.

Wardan, Muhammad, Hisab ‘Urfi dan Hakiki, Yogyakarta: tp. tt.
--------------------, Kitab Ilmu Falak dan Hisab, Yogyakarta: Toko Pandu, 1957.


2 komentar:

  1. Ass,
    mas kok pak Slamet Hambali ga ad ya di catatan di atas???

    BalasHapus
  2. Anda belajar ilmu falak di pasca iain walisongo dan pasti anda tahu pakar ilmu falak di pasca anda yang paling senior adalah Yth. Drs. KH. Slamet Hambali, MSI, murid kinasih dari KH. Zubair (Rektor pertama IAIN Walisongo)..seharusnya bahkan wajib beliau ada di deretan nama-nama yang anda sebut..

    BalasHapus