Sabtu, 25 Desember 2010

MENILAI KUALITAS HADITS SHAHIH, HASAN DAN DHA’IF (ANALISIS CIRI DAN CONTOH HADITSNYA)


HADITS SHAHIH
1.  CONTOH HADITS SHAHIH LI-DZATIHI
2.    CONTOH HADITS SHAHIH LI-GHAIRIHI
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِىُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِىُّ قَالَ أَخْبَرَنِى مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِىُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِىَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ - رضى الله عنه - عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ [1]
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ ».[2]
SUSUNAN SANAD RIWAYAT
SUSUNAN SANAD RIWAYAT
1.    Bukhari
2.    Humaidi Abdullah Bin Zubaer
3.    Sufyan
4.    Yahya Bin Said al-Anshori
5.    Muhammad Bin Ibrahim at-Taimy
6.    Al-Qomah Bin Waqos Al-Laisy
7.    Umar Bin Khatob
8.    Rasulullah
1.    Turmudzi
2.    Abu Kuraib
3.    ‘Abdah bin Sulaiman
4.    Muhammad bin ‘Amr
5.    Abi Salamah
6.    Abi Hurairah
7.    Rasulallah


KETERANGAN
KETERANGAN
1.       Sanadnya bersambung
2.       Para rawi hadits di atas adalah rawi-rawi yang adil dan dhabith.
Berikut adalah biografi mereka:
a)  Al-Humaidi Abdullah bin Zubair
Nama beliau adalah al-Humaidi Abdulllah bin Zubair bin Isa al-Azdi Abu Bakar al-Makki. Imam Ahmad berkata: "al-Humaidi di sisi kami adalah seorang imam." Imam Abu Hatim berkata: "Beliau adalah kepala para sahabat Ibnu Uyainah. Beliau adalah seorang yang tsiqat dan seorang imam (tsiqatun imamun)." Abu Sa'ad berkata: "Beliau adalah seorang yang tsiqat dan banyak meriwayatkan hadits. Beliau wafat di Makkah pada tahun 219 H.
b) Sufyan
Beliau adalah Sufyan bin Uyainah bin Abi Imran al-Hilali Abu Muhammad al-Makki. Beliau berasal dilahirkan di Kuffah pada tahun 107 H dan wafat tahun 198 H di Makkah. Beliau adalah orang yang tsiqat, hafidz, faqih, imam dan hujjah, hanya saja hafalannya berubah pada akhir masanya. Ketika beliau menyembunyikan rawi, maka rawi yang disembunyikan itu adalah rawi yang tsiqat. Imam Syafi'i  berkata: "Seandainya tidak ada Malik dan Ibnu Uyainah, niscaya hilanglah ilmu di tanah Hijaz.
c)  Yahya bin Sa'id al-Anshari
Beliau adalah al-Imam Abu Sa'id Yahya bin Sa'id bin Qais bin Umar bin Sahl bin Tsa'labah bin al-Harits bin Zaid bin Tsa'labah bin Ghonam bin Malik bin al-Najjar al-Anshari al-Najjari al-Madani al-Tabi'i al-Qadli. Para Ulama telah sepakat atas ketsiqahan, keagungan dan keimamannya. Ibnu al-Mubarak berkata: "Beliau termasuk huffadh al-nas." Muhammad bin Sa'ad berkata: "Yahya al-Anshari adalah tsiqat, tsabat, banyak hadis dan hujjah." Ahmad bin Abdullah berkata: "Beliau adalah orang yang tsiqah dan seorang laki-laki yang sholih." Beliau wafat pada tahun 143 H.
d) Muhammad bin Ibrahim al-Taimi
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits bin Kholid al-Taimi, beliau mendengar hadis dari Al-Qamah bin Waqash. Beliau termasuk dari kalangan Tabi'in. Tabi'in termasuk dari golongan yang telah dinyatakan kebaikannya oleh al-Qur'an, sebagaimana firman Allah surat at-Taubah: 100.
e)  Alqamah bin Waqqash al-Laitsi
Beliau dilahirkan pada masa Rasulullah, sebagaimana yang dituturkan oleh al-Waqidi dan meninggal pada zaman pemerintahan Abdul Mulk di Madinah. Beliau termasuk dari kalangan tabi'in yang paling mulia. Menurut Ibnu Mundah, beliau termasuk dalam kalangan Sahabat. Beliau adalah orang yang tsiqah dan terhormat. Beliau menerima hadits dari Umar, A'isyah dan Ibnu Abbas.
f)  Umar bin al-Khaththab
Nama lengkap beliau adalah Umar bin al-Khaththab bin Nufail al-Qurasiy al- Aduwwy bin Abdil Uzza bin Riyah bin Abdillah bin Qartin Razzah bin 'Addi bin Ka'ab bin Luai bin Gholib al-Qurasiy beliau mempunyai kuniyah Abu Hafs dan bergelar Amiril Mu'minin. Para sahabat Nabi, baik yang besar maupun kecil yang terlibat peperangan antara Ali dan Mu'awiyyah atau yang tidak terlibat, semuanya adalah adil menurut kesepakatan Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Hal itu karena prasangka baik kepada mereka dan kemudahan (kesungguhan) mereka dalam menjalankan perintah Nabi setelah beliau wafat. Menurut Imam Haramaian keadilan para sahabat itu tidak perlu diuji lagi. Hal itu karena mereka adalah pengemban syariat, dan seandainya kedilan mereka masih dipertanyakan, maka syariat akan terbatas pada masa Rasulullah saja. Dari sini Imam Suyuthi menegaskan bahwa keadilan mereka itu didasarkan kepada prasangka baik kepada mereka. Dan mereka yang terlibat konflik semata-mata karena ijtihad mereka yang mendapatkan pahala. Selain itu mereka hidup pada masa yang terbaik. Sebagaimana sabda Rasulullah: "Sebaik-baiknya manusia adalah masaku, lalu berikutnya dan berikutnya." [H.R. Muslim, no. 4601].
3.       Para rawinya mempunyai ketelitian yang sempurna, Yang dimaksud dengan ketelitian sempurna ialah kesempurnaan dan kedudukannya pada tingkat yang tinggi.
4.       Hadits tersebut tidak syadz (tidak ada peyimpangan), karena tidak bertentangan dengan hadits yang kualitasnya lebih kuat.
5.       Tidak terdapat illat (cacat) dalam hadits tersebut.
Imam Ibnu al-Shalah, mengatakan bahwa Muhammad bin ‘Amr adalah terkenal sebagai orang yang jujur, tetapi ke-dhabitannya kurang sempurna, sehingga hadits yang diriwayatkannya hanya sampai ke tingkat hasan. Hadits tersebut pada mulanya adalah hasan li-dzatihi. Karena ada riwayat lain yang lebih tsiqqah, yang diriwayatkan dari jalur lain yang nilai sanadnya sama atau lebih tinggi, maka kekurangan yang terdapat pada sanad pertama dapat dipenuhi dari jalur lain. Sehingga sanad hadits tersebut menjadi shohih dan hadits tersebut naik menjadi hadits shohih lighairihi. Karena selain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari jalur Muhammad bin ‘Amr, hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari jalur Abu Zinnad, dari al-A'raj, dari Abu Hurairah.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ.[3]

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ.[4]




[1] Shahih Bukhari, Juz I, hlm. 4.
[2] Sunan at-Turmudzi, Juz I, hlm. 41.
[3] Shahih al-Bukhari, Juz I, hlm. 303.
[4]  Shahih Muslim, Juz I, hlm. 151.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar