METODE PEMBELAJARAN SAINS

1. Cara Penentuan Jarak Bumi-Matahari menurut Huygens dan Cassini

Cara Huygens dalam menentukan jarak Bumi-Matahari adalah dengan menerka diameter Bumi ke Venus.

			Cos 450 = B-V  B-M    Cos q = B-M         B-M B-V = terkaan dari         diameter Venus B-M = (B-V) / Cos q

 

 

     B-M    B-V

Jarak Bumi dan Venus menurut Huygens hanya terkaan saja, ia mendasarkan pada mitologi (kepercayaan masyarakat) bahwa jarak antara Bumi ke Venus adalah sama.

Cara Cassini dalam menentukan jarak Bumi-Matahari adalah berdasarkan paralax planet Mars.

Cassini menghitung jarak Mars ketika posisi (kedudukan planet saat sudut elongasinya 180 derajat). Hasil perhitungannya dipergunakan untuk menentukan skala Tata Surya yaitu jarak antara Bumi-Matahari, yang dikenal sebagai satu satuan astronomi (1 SA) atau 150 juta km.

Cassini menghitung jarak Bumi-Matahari dengan mengukur jarak bumi dengan planet Mars. Dia menghitung sudut ke satu titik di Mars dari dua tempat berbeda dari bumi dalam waktu bersamaan. Kemudian dia dapat menggunakan sudut dan geometri segitiga untuk menghitung jarak ke Mars.

Dalam membuat perhitungan, dia menggunakan garis pangkal yang berjarak sangat besar di bumi. Cassini memulai perhitungannya ke planet Mars. Ia menggunakan persamaan Kepler untuk menemukan jarak dari matahari sekitar 87 juta mil (atau 149.6 juta km). Sains modern menemukan bahwa perhitungan Cassini hanya selisih 7 persen dari jarak sebenarnya (93 juta mil).

2. Alasan Bahwa Cara yang dilakukan Huygens tidak dianggap sebagai Sains

Teori Huygens tidak berdasarkan sains (non ilmiah) karena teori yang dibangun oleh Huygens hanya berdasarkan kepercayaan masyarakat (mitologi) yang diyakini bahwa jarak Bumi dan Venus adalah sama. Hipotesa yang digunakan huygens hanya spekulatif, numerologi, terkaan dan tidak berlandaskan teori ilmiah, sehingga cara yang dilakukan Huygens tidak dianggap sebagai sains.

3. Sains dan Islam tidak bertentangan, bahkan bisa bersinergi.

Sains dan Islam dapat bersinergi, terbukti dengan adanya kebenaran tentang teori relativitas, Hukum gravitasi Newton, dan  teori-teori sains lainnya yang menunjukkan bahwa, Hukum alam yang diformulasi melalui teori sains bukan buatan manusia, tetapi hukum Allah (sunnatullah). Hukum Allah itu telah ada bersama dengan alam yang diciptakan-Nya. Siapa pun yang memformulasikannya dengan benar akan menghasilkan teori yang sejalan, yakni bersinergi antara sains dan Islam.

Secara metodologi Sains dan Islam memiliki kerangka konseptual yang berbeda, tapi keduanya bisa disinergikan dalam wilayah aplikasi. Kerangka metodologi Sains dan Islam sebagai berikut:

SAINS	ISLAM
Keraguan sebelum ada bukti	Keyakinan akan kebenaran
Dibuktikan	Diamalkan
Teori	tafsir

Perdebatan Sains dan Islam terjadi pada wilayah teori dan tafsir. Sejatinya, antara teori dan tafsir harus sejalan, yakni dapat berubah sesuai perkembangan zaman, bisa juga salah sehingga harus dikritisi dan dibuktikan dengan teori baru yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Kalau sains dan Islam bisa bersinergi, perlukah Islamisasi sains?

Kurang tepat untuk mengkampanyekan islamisasi sains. Karena dari segi esensinya, semua sains sudah Islami, sepenuhnya tunduk pada hukum Allah yaitu, Hukum-hukum alam yang tunduk pada sunnatullah.

Dalam ranah keilmuan, tidak ada pengklompokkan antara sains islam dan sains barat. Akan tetapi keduanya harus berjalan beriringan, artinya sains harus netral.

Orang yang mengatakan bahwa sains bersifat netral, tidak jahat dan tidak pula baik, yang jahat atau yang baik adalah mereka yang menggunakan sains. Sebagai contoh bahwa reaksi kimiawi antara hidrogen dan oksigen yang menghasilkan air. Orang itu lalu bertanya, “apakah pengetahuan tentang reaksi ini baik atau jelek?” Selanjutnya dia akan menyatakan bahwa ilmu kimia (sains) itu netral. Jika orang menggunakan reaksi itu untuk mengelas pipa saluran air minum yang bocor, itu tindakan yang baik, tetapi jika dia mempergunakannya untuk meledakkan rumah orang lain itu jahat. Sekali lagi bahawa sains bisa diibaratkan pisau, siapa yang menggunakannya, ibu rumah tangga untuk mencincang sayuran atau orang jahat yang digunakan untuk menodong atau menusuk mangsanya.

Jadi, Islamisasi sains sungguh tidak tepat. Menjadikan ayat-ayat Alquran sebagai rujukan, yang sering dianggap salah satu bentuk Islamisasi sains, juga bukan pada tempatnya. Dalam sains, rujukan yang digunakan semestinya dapat diterima semua orang, tanpa memandang sistem nilai yang dianutnya. Tegasnya, tidak ada sains Islam dan sains non-Islam. Hal yang pasti ada hanyalah saintis Islam dan saintis non-Islam.

5. Teori evolusi manusia masih menjadi masalah yang dipertanyakan terkait dengan keyakinan agama bahwa Adam adalah manusia pertama. Buatlah ulasan bahwa pada dasarnya keyakinan agama Islam dan sains tidak perlu dipertentangkan terkait teori evolusi manusia.

Evolusi adalah suatu proses alami dalam prosentase waktu sangat panjang yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah, evolusi di alam benar adanya, tidak terbatas pada evolusi alam, tetapi juga manusia.

Menurut keyakinan agama islam, yang di informasikan melalui ayat-ayat al-Qur’an bahwa alam semseta dan isinya  diciptakan dalam enam masa, hal tersebut menunjukkan bahwa ada proses kejadian yang tidak sekaligus jadi, melainkan melalui proses yang bertahap.

Dalam surat al-Mukminun: 12-14 diberitakan bahwa, pada prosesnya, penciptaan manusia terjadi melalui tujuh fase: Allah menciptakan manusia dari saripati tanah àair mani (nuthfah)àsegumpal darah (‘alaqah)àsegumpal daging (mudhghah)àtulang belulang (‘izham)àdaging (lahm)à bayi.

Dalam keyakinan Islam, manusia diciptakan secara khusus untuk menjadi khalifah di bumi (Q.S. 2:29). Proses penciptaan Adam yang berbeda dengan makhluk lainnya disebutkan di dalam Q.S. 3:59 (penciptaannya serupa Nabi Isa dengan 'kun fayakun' 'jadilah, maka jadilah') dan Q.S. 32:7-8 (Adam dari tanah, keturunannya dari nuthfah). Kedua ayat itu menunjukkan bahwa Adam tidak diciptakan dari proses biologis perkawinan makhluk lainnya.

Menurut kajian paleoantropologis, yang berdasarkan pada teori Evolusi, setidaknya ada sembilan jenis makhluk serupa manusia: Australopithecus, aferensis, africanus, Paranthropus, aethiopicus, robustus, boisei, Homo habilis kecil, Homo habilis besar, Homo erektus, dan Homo sapiens.

Ada beberapa hipotesis yang berusaha menjelaskan evolusi. Namun, yang telah disepakati hanyalah Homo sapiens berasal dari Homo erektus. Ada yang berpendapat Homo habilis cenderung tidak bisa digolongkan sebagai Homo ("manusia"), mungkin jenis paranthropus berotak besar. Kemampuan berbicara Homo habilis belum sempurna.

jika demikian, yang sudah meyakinkan secara ilmiah sebagai manusia adalah sejak generasi Homo erektus. Ukuran otak yang besar memberikan indikasi kemampuan berpikir yang lebih kuat. Kemampuan berbicara dan berkomunikasi pun sudah cukup maju. Interaksi sosial mulai tumbuh dan makin kompleks. Kehadirannya berdampak pada berbagai spesies. Binatang buas yang mengancam manusia mungkin termasuk yang diburu demi keselamatan masyarakatnya.

Yang jelas, anak cucu Adam pun berevolusi. Adanya berbagai ras manusia dengan warna kulit, bentuk dan warna rambut, serta postur tubuh yang berbeda-beda menunjukkan adanya evolusi manusia. Adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggalnya yang berbeda-beda dalam jangka waktu sangat panjang menghasilkan generasi yang beraneka ragam. Bahkan, manusia modern yang kini ada berasal dari sisa manusia purba di Afrika sekitar 100.000 tahun lalu.

 

6. Astronomi sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam semesta menggunakan perangkat sains. Buat ulasan bahwa astronomi bisa menjadi media pembelajaran sains.

Awal mula astronomià Manusia telah melihat langit sejak ribuan tahun yang lalu. Ia melihat matahari terbit dan terbenam, keindahan bintang-bintang di langit, perubahan pertumbuhan dari musim ke musim. Kemudian, ia membutuhkan kalendar untuk mengatur masa-masa pertanian yang akhirnya lahirlah astronomi.

Astronomi mulai tumbuh ketika timbul kebutuhan akan metoda untuk menentukan arah dan bantuan dalam navigasi saat kapal layar menjelajah laut luas. Akhirnya ia berkembang ke dalam sains yang mempelajari gerak, lokasi, hakekat fisis dari semua benda langit.

Astronomi sebagai Sainsà Astronomi tidak hanya sekadar aktifitas mengamati fenomena langit saja. Melainkan, Astronomi adalah sains mengenai jagat raya yang berurusan dengan berbagai obyek langit seperti bulan, matahari, planet, komet, bintang, galaksi, dan lainnya, dan dengan keseluruhan struktur skala besar jagat raya.

Astronomi adalah sains yang dinamis dan cepat berkembang Astronomi telah memicu munculnya cabang dari matematika seperti trigonometri, logaritma, dan kalkulus. Astronomi juga telah menggerakkan perkembangan komputer, mendorong kemajuan dalam teknologi, seperti penerima radio derau rendah, detektor, teknik pengolahan citra.

Dewasa ini, hubungan astronomi dengan sains yang berdekatan seperti fisika, meteorologi, ilmu kebumian, bahkan dengan ilmu rekayasa, dan lain sebagainya telah makin jelas. Meskipun astronomi sains yang independent tapi ia mampu membangun jembatan dengan matematika, fisika, kimia, rekayasa, dan ilmu-ilmu lain yang terkait. Wallahu’alam!